Rabu, 22 Oktober 2014

"PERPISAHAN TERAKHIR" (ketika ruh meninggalkan jasad)

Sore tadi, saya dan mama berdiri di depan rumah secara tidak sengaja.. Sebentar lagi, matahari akan tenggelam..
“Ma, langitnya indah ya” saya mendongak memandang langit
“Iya. Di langit inilah ruh seseorang akan naik ke atas meninggalkan jasadnya saat meninggal. Sendirian” mama menerawang. Kami sibuk dengan pikiran masing-masing
***
Malam ini, kami baru saja mendengar kabar dari kakak yang telah berkeluarga, bahwa salah seorang tetangganya, yang merupakan teman baik Mama dan Bapak, meninggal dunia. Ibu RST.
Sejenak kami terdiam. Saya tahu ibu almarhumah itu. Seorang yang dikaruniai harta yang melimpah dengan rumah megah berwarna kuning, serta anak-anak yang sekolah diluar negeri.
Mungkin inilah yang disebut  firasat. Mungkin saat mama sedang memandang langit dan membayangkan ruh yang naik sendirian meninggalkan jasadnya, disitulah almarhumah ibu RST sedang meregang nyawa. Sakratul Maut.
Inilah siklus kehidupan. Hidup, mencari bekal, lalu mati. Saya tiba-tiba teringat sebuah lagu, yang sering saya dengar saat saya masih kecil, yang masih saya hafal liriknya..

Setiap insan pasti merasa
saat perpisahan terakhir
Dunia yang fana akan ditinggalkan
Hanya amalan yang dibawa
Terdengar sayup surah dibaca
Sanyunya alunan suara
Cemas di dada lemah tak bernyawa
Terbuka hijab di depan mata
Sekujur badan berselimut putih
Rebah bersemadi sendiri
Mengharap kasih anak dan istri
Apa mungkin pahala dikirim?
Terbaring sempit seluas pusara
Soal bicara terus bermula
Sesal dan insyaf tak berguna lagi
Hancurlah ia di dalam bumi..
Selamat tinggal pada semua
Berpisah kita selamanya
Kita tak sama nasib disana
Baik kah atau sebaliknya
Berpisah sudah segalanya
Yang tinggal hanyalah kenangan
Diiring doa dan air mata
Yang pergi takkan kembali lagi
Amalan dan takwa jadi bekal
Sejahtera bahagia pulang kesana..

Merinding saya mengetiknya. Yah, memang benar kematian itu adalah hal yang pasti terjadi.. seperti salah satu firman-Nya : Kullun nafsin zaa iqotul maut. Setiap yang bernyawa pasti akan mengalami kematian. Tidak peduli siapa, kapan, dimana, maut bisa datang kapan saja.
Sekarang tergantung pada diri kita sendiri. Siapkah kita menghadapinya? Cukupkah bekal kita untuk berpulang nanti?



Kendari, 22 Oktober 2014

3 komentar:

  1. innalillaaahiii waina ilaihi rooji'uun.. yg d kampus lama teaa ohh nengg.. s merinding jg euyyy..

    sllu berdoa neng "allahummakhtimnaa bihusnill khootimah,, walaa takhtimnaa illa bihusnil kootimah...." aaamiiinnnn..

    BalasHapus
    Balasan
    1. iya euy,, harta yang berlimpah ditinggalkan. semoga husnul hotimah ya beliau. aamiin :)

      Hapus