Sore tadi, saya dan
mama berdiri di depan rumah secara tidak sengaja.. Sebentar lagi, matahari akan
tenggelam..
“Ma, langitnya indah
ya” saya mendongak memandang langit
“Iya. Di langit inilah
ruh seseorang akan naik ke atas meninggalkan jasadnya saat meninggal. Sendirian”
mama menerawang. Kami sibuk dengan pikiran masing-masing
***
Malam ini, kami baru
saja mendengar kabar dari kakak yang telah berkeluarga, bahwa salah seorang
tetangganya, yang merupakan teman baik Mama dan Bapak, meninggal dunia. Ibu
RST.
Sejenak kami terdiam. Saya
tahu ibu almarhumah itu. Seorang yang dikaruniai harta yang melimpah dengan
rumah megah berwarna kuning, serta anak-anak yang sekolah diluar negeri.
Mungkin inilah yang
disebut firasat. Mungkin saat mama sedang
memandang langit dan membayangkan ruh yang naik sendirian meninggalkan
jasadnya, disitulah almarhumah ibu RST sedang meregang nyawa. Sakratul Maut.
Inilah siklus
kehidupan. Hidup, mencari bekal, lalu mati. Saya tiba-tiba teringat sebuah
lagu, yang sering saya dengar saat saya masih kecil, yang masih saya hafal
liriknya..
Setiap
insan pasti merasa
saat
perpisahan terakhir
Dunia
yang fana akan ditinggalkan
Hanya
amalan yang dibawa
Terdengar
sayup surah dibaca
Sanyunya
alunan suara
Cemas
di dada lemah tak bernyawa
Terbuka
hijab di depan mata
Sekujur
badan berselimut putih
Rebah
bersemadi sendiri
Mengharap
kasih anak dan istri
Apa
mungkin pahala dikirim?
Terbaring
sempit seluas pusara
Soal
bicara terus bermula
Sesal
dan insyaf tak berguna lagi
Hancurlah
ia di dalam bumi..
Selamat
tinggal pada semua
Berpisah
kita selamanya
Kita
tak sama nasib disana
Baik
kah atau sebaliknya
Berpisah
sudah segalanya
Yang
tinggal hanyalah kenangan
Diiring
doa dan air mata
Yang
pergi takkan kembali lagi
Amalan
dan takwa jadi bekal
Sejahtera
bahagia pulang kesana..
Merinding saya
mengetiknya. Yah, memang benar kematian itu adalah hal yang pasti terjadi..
seperti salah satu firman-Nya : Kullun nafsin
zaa iqotul maut. Setiap yang bernyawa pasti akan mengalami kematian. Tidak peduli
siapa, kapan, dimana, maut bisa datang kapan saja.
Sekarang tergantung pada diri kita sendiri. Siapkah
kita menghadapinya? Cukupkah bekal kita untuk berpulang nanti?
Kendari, 22 Oktober 2014
innalillaaahiii waina ilaihi rooji'uun.. yg d kampus lama teaa ohh nengg.. s merinding jg euyyy..
BalasHapussllu berdoa neng "allahummakhtimnaa bihusnill khootimah,, walaa takhtimnaa illa bihusnil kootimah...." aaamiiinnnn..
iya euy,, harta yang berlimpah ditinggalkan. semoga husnul hotimah ya beliau. aamiin :)
Hapusaamiin ^^
Hapus