Senin, 06 Oktober 2014

'Astronot' yang 'Terbang' ke Masyarakat

I WANNA BE AN ASTRONOUT

Itulah sebuah kalimat yang saya tempel di dinding kamar saya..

Tepatnya saat duduk di bangku SD, saat saya membaca artikel-artikel yang membahas masalah kerusakan bumi, di majalah anak-anak langganan saya yang terbit setiap minggu Satu kalimat yang paling saya ingat, disitu tertulis bahwa BUMI KITA TELAH RUSAK, dan diperkirakan ratusan tahun kemudian, bumi sudah tak layak huni lagi.

Lalu bagaimana dengan manusia? Itu yang ada dalam pikiran saya saat itu. Namun dalam majalah edisi selanjutnya, dikatakan bahwa Planet Mars memiliki keadaan yang hampir sama dengan bumi, yang memungkinkan adanya kehidupan disana. Lalu dengan mudahnya saya berpikir, apabila bumi sudah tidak mampu ditinggali oleh manusia, manusia bisa dipindahkan ke Planet Mars, dan hidup disana sebagaimana mestinya. Dan saya harus menjadi astronot untuk meneliti itu semua. Ya, SAYA HARUS MENJADI ASTRONOT. Astronot Indonesia pertama yang mendarat di Mars. Oke, oke. Terdengar sangat konyol memang.. saya kan masih SD -___- Tapi entah mengapa, saat mencetuskan hal itu, saya kok merasa keren ya? :D

Menginjak bangku SMP, saya mulai menyadari bahwa cita-cita saya ini tidaklah realistis. Oke, di dunia ini memang tidak ada yang mustahil. Allah sendiri berfirman : “kunfayakun”. Tapi yaaa..kita semua tau, menjadi astronot tidaklah mudah. Dan terbang ke Mars, tidak semudah naik angkot, turun di pertigaan kampus, lalu bayar dua ribu lima ratus. Tidak, kan?

Maka saya pun mulai menata kembali perencanaan saya. Mimpi-mimpi saya. Mungkin tidak perlu menjadi astronot yang terbang ke Mars, namun menjadi ahli astronomi yang meneliti benda-benda langit. Belajar di Ilmu Astronomi ITB, lalu lanjut belajar di University of Southern California, tempat Neil Amstrong, tokoh yang saya idolakan menuntut ilmu astronomi nya. Kemudian, saya bekerja di Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG). Terdengar keren dan tetap masuk akal kan? :D

Tahun demi tahun berlalu, hingga tidak terasa, masa SMA hampir berakhir, saatnya menentukan arah hidup selanjutnya. Cita-cita saya masih sama seperti saat SD dulu, meski telah mengalami revisi berkali-kali. Namun, ketika saya berkata tentang mimpi-mimpi saya kepada orang tua saya, badai itu datang… merusak semua mimpi-mimpi saya. Ya, orang tua saya tidak setuju dengan pilihan saya. Sebanyak apapun saya memberi alasan mengapa saya memilih pilihan itu, sebanyak itu pula  orang tua saya memberi alasan mengapa mereka menolak pilihan itu. Pedis ya? (ToT)

 Lalu bagaimana dengan perasaaan saya saat itu? Jangan tanyakan,, saya perasaan saya serasa hancur berkeping-keping..bersama dengan mimpi yang telah saya bangun sejak kecil. Tapi tolong jangan bayangkan saya menangis lalu mengurung diri dalam kamar dan tidak makan selama seminggu, karena sumpahh…saya tidak melakukan itu (ToT)

Yaa..kita memang punya pilihan, namun sebagai anak yang baik, saya harus patuh kepada orang tua. Dan saya yakin, pilihan orang tua adalah pilihan yang baik, karena tidak mungkin mereka menjerumuskan anaknya ke dalam pilihan yang buruk. Di samping itu, bukan kah ridho Allah tergantung pada ridho orang tua?

Jadi disinilah saya sekarang. Di fakultas kesehatan masyarakat, menuntut ilmu sebanyak-banyaknya. Walaupun masih semester dua, sedikit-banyak saya mulai tahu, akan bagaimana dan kemana saya nantinya. Selain itu, saya mendapat banyak gambaran saat kegiatan PDKM kemarin, yaitu kegiatan dimana kami turun langsung ke sebuah desa, berinteraksi langsung dengan masyarakat, menemukan masalah, dan berusaha mencari penyelesaiannya.

Lalu bagaimana dengan mimpi-mimpi saya dulu??
Saya percaya, Allah akan mengabulkannya, namun dalam bentuk lain, yang mungkin dan pastinya lebih baik. Untuk menolong manusia di bumi, tidak hanya menjadi astronot, dengan menemukan masalah-masalah di bumi, meneliti keadaan Mars, lalu mengungsikan masyarakat ke Mars. Namun, saya akan menemukan masalah-masalah di masyarakat, lalu menyelesaikannya, sehingga menjadikan BUMI yang SEHAT untuk dihuni masyarakat. Dengan mencegah penyakit, memperpanjang harapan hidup, dan meningkatkan derajat kesehatan masyarakat. Mulia sekali bukan?

Oleh karena itu, saya bukanlah astronot yang terbang ke Mars, namun saya adalah ‘astronot’ yang terbang ke masyarakat J

Rencana Allah selalu indah. Do u believe that? J

Nurhijrianti Akib

Kendari 4 Mei 2014

Tidak ada komentar:

Posting Komentar