Rabu, 09 Agustus 2017

Pengalaman Mengikuti Tes PAPs UGM (Potensi Akademik Pascasarjana Universitas Gadjah Mada)

“Pengalaman adalah guru terbaik. Pengalaman terkadang begitu mahal harganya. Untungnya, kita bisa belajar dari pengalaman orang lain” :)

Ini pengalaman saya saat mengikuti tes PAPs UGM. Saya adalah seorang mahasiswa fresh graduated dari salah satu universitas negeri di Sulawesi Tenggara yang ingin melanjutkan studi magister di Universitas Gadjah Mada (UGM).  Nah, untuk melengkapi berkas pendaftaran, selain mengumpulkan sertifikat TOEFL dengan skor minimal 400 atau 450 (tergantung jurusan masing-masing),, saya juga harus mengumpulkan sertifikat TPA dengan skor minimal 450 atau 500 (juga tergantung jurusan masing-masing). UGM sendiri mengadakan tes potensi akademik yang disebut PAPs UGM atau Potensi Akademik Pascasarjana  UGM. Jadi calon maba boleh mengumpulkan sertifikat TPA dari BAPPENAS, atau sertifikat PAPs dari UGM.

Konon katanya, untuk mengikuti tes PAPs, ada baiknya jika kita mempersiapkan diri jauh-jauh hari. Untuk mendaftar, kita harus memiliki akun pendaftaran khusus. Caranya, pergi ke bank BNI terdekat (bisa di BNI seluruh Indonesia) untuk membayar biaya pendaftaran tes PAPs. Selanjutnya, kita akan diberi id akun pendaftaran beserta passwordnya. Dari akun itulah kita bisa log in untuk mendaftar tes PAPs. Nah, pendaftaran tesnya juga sudah ditentukan, dengan kuota terbatas, yang… masyaallah cepat sekali penuhnya. Kalau sudah penuh, kita terpaksa harus ikut di periode selanjutnya. Untuk petunjuk lebih jelasnya serta jadwal rutin tes PAPs bisa dilihat di situs resmi PAPs UGM. Oh ya, saat pendaftaran itu, berhubung saya masih berada di Kampung Inggris Pare untuk persiapan TOEFL, pendaftaran PAPs saya dibantu oleh salah satu kakak senior saya dulu. Terimakasih Kak RR hehe.

Apa yang saya pelajari untuk mengikuti tes PAPs ini?

Awalnya, saya mempelajari buku TPA umum di sela-sela waktu saya belajar TOEFL. Saya belum pernah mengikuti tes TPA sebelumnya sehingga saya mempelajarinya benar-benar dari awal. Saya mencoba browsing untuk contoh soal PAPs, tapi saya tidak menemukan kecuali secuil soal yang menurut saya tetap membingungkan. Namun, satu kesimpulan yg saya dapatkan saat itu : “Soal-soal PAPs lebih mudah dari soal TPA Bappenas, dan lebih simple dari soal-soal yang ada di buku latihan TPA.” Berbekal kalimat itu, saya jauh lebih tenang. Kalau dihitung-hitung, saya hanya belajar dalam waktu sekitar 6 hari efektif.

Hari-hari pun berlalu tanpa terasa. Tepatnya tanggal 20 Mei 2017 pagi, saya mengikuti tes TOEFL di salah satu lembaga kursus di Pare. Urusan TOEFL selesai, sekarang beralih ke urusan TPA. Malam itu juga, saya pun segera berangkat ke Jogja, karena tes PAPs saya diselenggarakan tanggal 23 Mei 2017. Saya tiba di Jogja tanggal 21 Mei, pukul 07.30 pagi, dan langsung beristirahat. Keesokan harinya, saya pergi ke perpustakaan UGM untuk bertemu Kak RR dan temannya yang tentunya sudah pernah mengikuti tes PAPs, Kak UF. Disitu mereka berbagi pengalaman dan memberi tahu jenis-jenis soal yang muncul dalam ujian/tes PAPs. Berikut rincian jenis soal yang saya rangkum :

Nah, setelah mendengar banyak hal dari kedua kakak yang baik itu, saya pun pulang untuk beristirahat. Ya, mereka berpesan bahwa untuk menghadapi tes PAPs besok, saya tidak boleh tegang, gugup, panik, apalagi mengantuk karena kurang tidur. Karena soal-soal dalam tes tersebut sangat banyak dan tidak sebanding dengan waktu menjawabnya. Kalau tegang, panik, gugup, ngantuk? Wah.. bisa-bisa konsentrasi buyar. Kak UF sendiri pernah gagal dalam mencapai skor standar UGM, sehingga untuk kemudian berhasil, ia harus mengikuti tes tersebut sampai 3x. Kak UF tak ingin hal itu terjadi kepada saya. Ya, saya harus berhasil dalam satu kali tes. Insyaallah. Maka malam itu, setelah sedikit mereview contoh-contoh soal yang diberikan Kak UF, saya pun bersantai. Main sosmed, baca-baca artikel di L*ne today, dan yang paling penting.. mengirim pesan kepada Mamak dan Bapak di kampung halaman untuk memohon doa dan restu dalam mengikuti tes besok. Tak lupa pula meminta Kakak-Kakak dan Adik, serta teman-teman dekat untuk juga mendoakan saya.

Paginya, diantar teman saya, FG, saya tiba pukul 07.30 di Gedung Psikologi untuk mengikuti tes PAPs tersebut. Tesnya dimulai pukul 08.00, sehingga saya dan peserta lainnya masih punya waktu untuk sejenak duduk bersantai menenangkan pikiran. Sembari menunggu, saya membuka laman pencarian google dan membaca salah satu blog tentang pengalaman seseorang saat mengikuti tes PAPs di UGM, setahun yang lalu. Saya juga sempat mengirim pesan kepada Mamak, mengabarkan bahwa sebentar lagi saya masuk ruangan tes dan meminta doanya, sekali lagi. Tak lama berselang, kami pun dipersilahkan masuk ke dalam ruangan ujian yang besar, nyaman, dan menurut saya penuh aura kompetitif. hehe. Saya dapat tempat duduk paling depan. Tetap berusaha tenang, dan yakin bahwa soal-soalnya mudah (meskipun mungkin kenyataannya tidak) serta yakin bahwa saya pasti berhasil. Tes dimulai dan saya mengerjakannya dengan sebaik mungkin…

Seminggu berselang, hasil tes PAPs pun keluar. Skor saya? Jeng jeng.....


Alhamdulillah. Lumayanlah bagi pemula. Sebenarnya saya sudah sangat bersyukur sih. Saya teringat janji Allah, bahwa barangsiapa yang bersyukur, pasti akan Allah tambah nikmatNya. Setidaknya, berkat skor ini pun, saya kini sudah resmi menjadi maba pascasarjana IKM FK UGM :)

Sekian pengalaman saya dalam megikuti tes PAPs UGM. Kalau mau sharing, boleh kontak saya di akun instagram : @antiakib. Terimakasih sudah baca. Semoga sukses tes PAPs nya aamiin :)

1 komentar:

  1. Assalamualaikum mba.. Saya mau tanya, apakah ada seleksi tertulis & wawancara sbg rangkaian seleksi masuk S2 Ikm? Trimakasih :)

    BalasHapus