“Pengalaman
adalah guru terbaik. Pengalaman terkadang begitu mahal harganya. Untungnya,
kita bisa belajar dari pengalaman orang lain” :)
Ini pengalaman
saya saat mengikuti tes PAPs UGM. Saya adalah seorang mahasiswa fresh graduated dari salah satu
universitas negeri di Sulawesi Tenggara yang ingin melanjutkan studi magister
di Universitas Gadjah Mada (UGM). Nah,
untuk melengkapi berkas pendaftaran, selain mengumpulkan sertifikat TOEFL dengan
skor minimal 400 atau 450 (tergantung jurusan masing-masing),, saya juga harus
mengumpulkan sertifikat TPA dengan skor minimal 450 atau 500 (juga tergantung
jurusan masing-masing). UGM sendiri mengadakan tes potensi akademik yang
disebut PAPs UGM atau Potensi Akademik Pascasarjana UGM. Jadi calon maba boleh mengumpulkan
sertifikat TPA dari BAPPENAS, atau sertifikat PAPs dari UGM.
Konon katanya,
untuk mengikuti tes PAPs, ada baiknya jika kita mempersiapkan diri jauh-jauh
hari. Untuk mendaftar, kita harus memiliki akun pendaftaran khusus. Caranya,
pergi ke bank BNI terdekat (bisa di BNI seluruh Indonesia) untuk membayar biaya
pendaftaran tes PAPs. Selanjutnya, kita akan diberi id akun pendaftaran beserta
passwordnya. Dari akun itulah kita bisa log in untuk mendaftar tes PAPs. Nah,
pendaftaran tesnya juga sudah ditentukan, dengan kuota terbatas, yang…
masyaallah cepat sekali penuhnya. Kalau sudah penuh, kita terpaksa harus ikut
di periode selanjutnya. Untuk petunjuk lebih jelasnya serta jadwal rutin tes PAPs
bisa dilihat di situs resmi PAPs UGM. Oh ya, saat pendaftaran itu, berhubung saya
masih berada di Kampung Inggris Pare untuk persiapan TOEFL, pendaftaran PAPs
saya dibantu oleh salah satu kakak senior saya dulu. Terimakasih Kak RR hehe.
Apa yang saya
pelajari untuk mengikuti tes PAPs ini?
Awalnya, saya
mempelajari buku TPA umum di sela-sela waktu saya belajar TOEFL. Saya belum
pernah mengikuti tes TPA sebelumnya sehingga saya mempelajarinya benar-benar
dari awal. Saya mencoba browsing untuk contoh soal PAPs, tapi saya tidak
menemukan kecuali secuil soal yang menurut saya tetap membingungkan. Namun,
satu kesimpulan yg saya dapatkan saat itu : “Soal-soal PAPs lebih mudah dari
soal TPA Bappenas, dan lebih simple dari soal-soal yang ada di buku latihan
TPA.” Berbekal kalimat itu, saya jauh lebih tenang. Kalau dihitung-hitung, saya
hanya belajar dalam waktu sekitar 6 hari efektif.
Hari-hari pun
berlalu tanpa terasa. Tepatnya tanggal 20 Mei 2017 pagi, saya mengikuti tes
TOEFL di salah satu lembaga kursus di Pare. Urusan TOEFL selesai, sekarang
beralih ke urusan TPA. Malam itu juga, saya pun segera berangkat ke Jogja,
karena tes PAPs saya diselenggarakan tanggal 23 Mei 2017. Saya tiba di Jogja
tanggal 21 Mei, pukul 07.30 pagi, dan langsung beristirahat. Keesokan harinya,
saya pergi ke perpustakaan UGM untuk bertemu Kak RR dan temannya yang tentunya
sudah pernah mengikuti tes PAPs, Kak UF. Disitu mereka berbagi pengalaman dan
memberi tahu jenis-jenis soal yang muncul dalam ujian/tes PAPs. Berikut rincian
jenis soal yang saya rangkum :
Nah, setelah mendengar banyak hal
dari kedua kakak yang baik itu, saya pun pulang untuk beristirahat. Ya, mereka
berpesan bahwa untuk menghadapi tes PAPs besok, saya tidak boleh tegang, gugup,
panik, apalagi mengantuk karena kurang tidur. Karena soal-soal dalam tes
tersebut sangat banyak dan tidak sebanding dengan waktu menjawabnya. Kalau
tegang, panik, gugup, ngantuk? Wah.. bisa-bisa konsentrasi buyar. Kak UF
sendiri pernah gagal dalam mencapai skor standar UGM, sehingga untuk kemudian
berhasil, ia harus mengikuti tes tersebut sampai 3x. Kak UF tak ingin hal itu
terjadi kepada saya. Ya, saya harus berhasil dalam satu kali tes. Insyaallah. Maka
malam itu, setelah sedikit mereview contoh-contoh soal yang diberikan Kak UF,
saya pun bersantai. Main sosmed, baca-baca artikel di L*ne today, dan yang paling penting.. mengirim pesan kepada Mamak dan
Bapak di kampung halaman untuk memohon doa dan restu dalam mengikuti tes besok.
Tak lupa pula meminta Kakak-Kakak dan Adik, serta teman-teman dekat untuk juga mendoakan
saya.
Paginya, diantar teman saya, FG,
saya tiba pukul 07.30 di Gedung Psikologi untuk mengikuti tes PAPs tersebut.
Tesnya dimulai pukul 08.00, sehingga saya dan peserta lainnya masih punya waktu
untuk sejenak duduk bersantai menenangkan pikiran. Sembari menunggu, saya
membuka laman pencarian google dan membaca salah satu blog tentang pengalaman
seseorang saat mengikuti tes PAPs di UGM, setahun yang lalu. Saya juga sempat
mengirim pesan kepada Mamak, mengabarkan bahwa sebentar lagi saya masuk ruangan
tes dan meminta doanya, sekali lagi. Tak lama berselang, kami pun dipersilahkan
masuk ke dalam ruangan ujian yang besar, nyaman, dan menurut saya penuh aura
kompetitif. hehe. Saya dapat tempat duduk paling depan. Tetap berusaha tenang,
dan yakin bahwa soal-soalnya mudah (meskipun mungkin kenyataannya tidak) serta
yakin bahwa saya pasti berhasil. Tes dimulai dan saya mengerjakannya dengan
sebaik mungkin…
Seminggu berselang, hasil tes
PAPs pun keluar. Skor saya? Jeng jeng.....
Alhamdulillah. Lumayanlah bagi
pemula. Sebenarnya saya sudah sangat bersyukur sih. Saya teringat janji Allah,
bahwa barangsiapa yang bersyukur, pasti akan Allah tambah nikmatNya.
Setidaknya, berkat skor ini pun, saya kini sudah resmi menjadi maba
pascasarjana IKM FK UGM :)
Sekian pengalaman saya dalam
megikuti tes PAPs UGM. Kalau mau sharing, boleh kontak saya di akun instagram :
@antiakib. Terimakasih sudah baca. Semoga sukses tes PAPs nya aamiin :)
Assalamualaikum mba.. Saya mau tanya, apakah ada seleksi tertulis & wawancara sbg rangkaian seleksi masuk S2 Ikm? Trimakasih :)
BalasHapus